Assalamu'alaikum! | About Us | Contact | Register | Sign In

Tuesday, November 13, 2012

Beda Syi’ah dan Sunni, Apa Sih?

Apa sih yang dimaksud Syi'ah dan apa bedanya dengan Suni? Mohon jawabannya, wass.  (Lee) 085624284XXX

JAWAB: Syi’ah lebih merupakan aliran politik di kalangan umat Islam. Mereka meyakini bahwa khalifah Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad mestinya Ali bin Abu Thalib, bukan Abu Bakar lalu Umar dan Utsman.

Kaum Syi’ah sangat mengagumi Ali, menganggapnya sebagai sahabat paling istimewa, dan percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh Nabi Muhammad (berarti wahyu dari Allah) untuk menjadi khalifah atau penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad.

Sejarah syi’ah dan sunni lebih bernuansa politis karena perbedaan utamanya: Syiah meyakini bahwa khalifah Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad mestinya Ali bin Abu Thalib. Beda dengan Suni yang menyepakati Abu Bakar, Umar, Utsman, baru Ali.

Secara bahasa, Suni dan Syi’ah artinya sama: mengikuti. Suni atau sunah berarti perilaku atau Rasulullah. Syiah berarti mengikuti, maksudnya mengikuti Rasul. Jadi, sama-sama pengikut Rasul. Jadi sebenarnya tidak ada masalah di antara keduanya, kecuali masalah ”sikap politik” tadi.

Dalam Rapat Kerja Nasional tahun 1984, Majelis Ulama Indonesia (MUI) merekomendasikan Tentang Syi' ah& Sunni sebagai berikut:

Paham Syi'ah mempunyai perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jamm'ah), di antaranya:

1. Syi'ah menolak hadits yang tidak diriwayatkan oleh Ahlu Bait (keluarga Nabi), sedangkan Suni tidak membeda-bedakan asalkan hadits itu asalkan memenuhi syarat ilmu mustalah hadis;

2. Syi’ah memandang "Imam" itu ma'sum (orang suci), sedangkan Suni memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan (kesalahan); Syi'ah tidak mengakui Ijma' tanpa adanya "Imam", sedangkan Suni mengakui Ijma' tanpa mensyaratkan ikut sertanya "Imam".

3. Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan atau pemerintahan (imamah) termasuk rukun agama, sedangkan Sunni memandang dari segi kemaslahatan umum, dengan tujuan imamah untuk menjamin dan melindungi da'wah dan kepentingan ummat.

4. Syi'ah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman, sedangkan Suni mengakui keempat Khulafa' Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali bin Abi Thalib).

Diperkirakan jumlah Syiah 10-15% dari keseluruhan umat Islam dunia. Kaum Syi’ah terbesar ada di Iran dan Irak.

Umat Islam Indonesia, yang diwakili ormas-ormas Islam, tahun 2011 menyatakan sikap tegas menolak Syi’ah dan menuntut pembubaran kelompok tersebut di Indonesia karena Syi'ah sesat dan menyesatkan. Pernyataan sikap yang ditandatangani ormas-ormas Islam 10 Juni 2011 di Jakarta itu berjudul ”Pernyataan Bersama Menolak Syi’ah” yang berisi lima poin:

1. Ahlussunnah tidak dapat dipersatukan dengan Syi’ah, karena berbeda dalam Ushuluddin (Aqidah/Tauhid).

2. Syi’ah berbahaya bagi agama, bangsa dan negara.

3. Mendesak MUI untuk mengeluarkan fatwa lagi tentang sesatnya Syi’ah secara tegas.

4. Mendesak Pemerintah agar melarang Syi’ah dan aktivitasnya di seluruh wilayah Indonesia, agar tidak timbul konflik seperti di Irak, Yaman, Pakistan dan Negara lain.

5. Kami Ahlussunnah (Muslimin Indonesia) sangat menolak keras MUHSIN (Forum Ukhuwah Sunni-Syi’ah Indonesia) yang digagas beberapa waktu yang lalu oleh aktivis-aktivis Syi’ah dan oknum yang mengatasnamakan Muslimin Indonesia di Jakarta.  Wallahu a’lam.*

BACA JUGA:  Umat Islam Indonesia Tolak Syi'ah
Share this article now on :

+ comments + 2 comments

October 4, 2010 at 5:10 AM

Dlm Al Quran yang menyebut 'ahlulbait', rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.


1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan kebrkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah".


Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna 'ahlulbait' adalah isteri dari Nabi Ibrahim.


2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: 'Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu 'ahlulbait' yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?


Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna 'ahlulbait' adalah Ibu Nabi Musa As. atau ya Saudara Nabi Musa As.


3. QS. 33:33: "...Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu 'ahlulbait' dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya".


Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka makna ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW. Sedangkan sesudah ayar 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. isteri plus anak-anak beliau.


Coba baca catatan kaki dari kitab: Al Quran dan Terjemahannya, maka ahlulbaik yaitu hanya ruang lingkup keluarga rumah tangga MUHAMMAD RASULULLAH SAW. Dan jika kita kaitkan dengan makna ketiga ayat di atas, maka ruang lingkup ahlul bait tsb. menjadi:

1. Kedua orang tua Saidina Muhammad SAW, sayangnya kedua orang tua beliau ini disaat Saidina Muhammad SAW diangkat sbg 'nabi' sudah meninggal terlebih dahulu.

2. Saudara kandung Saidina Muhammad SAW, tapi sayangnya saudara kandung beliau ini tak ada karena beliau 'anak tunggal' dari Bapak Abdullah dengan Ibu Aminah.

3. Isteri-isteri beliau.

4. Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki. Khusus anak lelaki beliau, sayangnya tak ada yang hidup sampai anaknya dewasa, sehingga anak lelakinya tak meninggalkan keturunan.

Seandainya ada anak lelaki beliau yang berkeluarga, ada anak lelaki pula, wah ini masalah pewaris tahta 'ahlul bait' akan semakin seru. Inilah salah satu mukjizat, mengapa Saidina Muhammad SAW tak diberi oleh Allah SWT anak lelaki sampai dewasa dan berketurunan. Pasti, perebutan tahta ahlul baitnya dahsyat jadinya.

Bagaimana tentang pewaris tahta 'ahlul bait' dari Bunda Fatimah?. Ya jika merujuk pada QS. 33:4-5, jelas bahwa Islam tidak mengambil garis nasab dari perempuan kecuali bagi Nabi Isa Al Masih yakni bin Maryam. Lalu, apakah anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali boleh kita nasabkan kepada Bunda Fatimah, ya jika merujuk pada Al Quran tidak bisalah. Kalaupun kita paksakan, bahwa anak Bunda Fatimah juga ahlul bait, maka karena kita mau mengambil garis dari perempuannya (Bunda Fatimah), seharusnya pemegang waris tahta ahlul bait diambil dari anak perempuannya seperti Zainab, bukan Hasan dan Husein sbg penerima warisnya. Jadi tidak sistim nasab itu berzigzag, setelah nasab perempuan lalu lari kembali ke nasab laki-laki.

Bagaimana Saidina Ali bin Abi Thalib, anak paman Saidina Muhammad SAW, ya jika merujuk pada ayat-ayat ahlul bait pastilah beliau bukan termasuk kelompok ahlul bait. Jadi, anak Saidina Ali bin Abi Thalib baik anak lelakinya mapun perempuan, otomatis tidaklah dapat mewarisi tahta 'ahlul bait'.

Kesimpulan dari tulisan di atas, maka pewaris tahta 'ahlul bait' yang terakhir hanyalah bunda Fatimah, sementara anaknya Saidina Hasan dan Husein bukan lagi pewaris dari tahta AHLUL BAIT.

Ya jika Saidina Hasan dan Husein saja bukan Ahlul Bait, pastilah anak-anaknya otomatis bukan pewaris Ahlul Bait juga. Tutuplah debat masalah Ahlul Bait ini, karena fihak-fihak yang mengklaim mereka keturunan ahlul bait itu sudah tidak ada lagi.

Terimakasih elfan atas Komentarnya di Beda Syi’ah dan Sunni, Apa Sih?
May 7, 2011 at 4:09 PM

Buat saudara Elfan dan pembaca lainnya, jika saudara mengerti tentang "nahwu dalam bhs. arab" silahkan baca lagi ayat Al-Quran yang anda kutip QS 33.33 jika anda memperhatikan tulisan arabnya sebenarnya di sana Allah SWT menggunakan domir (kata ganti) laki-laki tapi apabila menurut penafsiran anda ayat itu ditujukan untuk istri-istri Nabi SAW maka seharusnya Allah SWT menggunakan domir perempuan.. Tapi ternyata Allah SWT menggunakan domir laki-laki, jadi jelas ayat ini ditujukan untuk Para Imam washi Rasulullah SAW.. (- selamat meneliti -)

Terimakasih sulaiman atas Komentarnya di Beda Syi’ah dan Sunni, Apa Sih?

Post a Comment

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-p =))